Lahan
Gambut Menyusut, Lahan Gambut Tersudut
Jika
kita mendengar kata “gambut” apa yang pertama kali terlintas dalam pikiran
kita? Ya, Kebakaran Hutan dan Lahan. Kita tentu masih ingat peristiwa kabut
asap di Riau yang terjadi pada tahun 2014. Peristiwa yang menyebabkan puluhan
orang terserang penyakit pernafasan akut. Indonesia merupakan negara keempat
terluas dalam memiliki lahan gambut di dunia, seluas 17-20 juta hektar.
Nyatanya, selama ini lahan gambut di Indonesia belum terkelola dengan baik
tanpa ada perhatian dari pemerintah.
Apa
sebenarnya lahan gambut itu? Manfaat apa yang bisa kita dapatkan?
Berdasarkan panataugambut.id,
gambut adalah hamparan yang terbentuk dari sisa-sisa
pohon, rerumputan, lumut, dan jasad hewan yang membusuk. Timbunan tersebut
menumpuk selama ribuan tahun hingga membentuk endapan yang tebal. Gambut murni
tersusun dari unsur karbon (C) sama dengan batu bara. Namun demikian, gambut
merupakan bahan yang mudah terbakar sehingga menjadi media yang sempurna bagi
api. Tak heran sering terjadi kebakaran di lahan gambut baik karena faktor alam
ataupun ulah manusia. Gambut yang terbakar melepaskan emisi karbon yang besar
sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada perubahan iklim lokal hingga global
Peristiwa Kabut Asap di Riau
Gambut mempunyai peran yang sangat
penting dalam daur karbon karena gambut menyimpan sumber karbon. Hanya saja
sekarang terjadi perubahan pada lahan gambut yang disebabkan pembakaran lahan
oleh manusia. Hal ini menyebabkan pelepasan GRK sebagai sumber emisi gas rumah
kaca meningkat berlipat-lipat dalam hitungan jam, terutama pada saat musim
kemarau panjang (El Nino). Perhatian
pemerintah terhadap konservasi atau pengelolaan lahan
gambut di Indonesia yang berdampak pada perubahan iklim masih sangat
kurang, bahkan sering terabaikan. Hasil riset NOAA (National Oceanic and
Atmospheric Administration) mengatakan pada bulan Juni 2015, suhu bumi
meningkat sebesar 1,26 derajat celcius, melebihi suhu yang tercatat di tahun
2012. Di Indonesia, kenaikan suhu sejak tahun 1990 dilaporkan mencapai 0,3
derajat celcius. Contoh nyata adalah menipisnya lapisan es yang menutupi puncak
Pegunungan Jaya Wijaya di Papua dari sebelumnya mencapai 20km2
menjadi 2km2. Oleh sebab itu, kita sepatutnya menjaga lahan atau
hutan gambut untuk kehidupan dimasa depan karena banyak manfaat yang bisa kita
dapatkan dari lahan gambut.
Lahan gambut
merupakan sumber keanekaragaman hayati dan plasma nutfah yang sangat
beragam baik flora ataupun fauna.
Masyarakat bisa memanfaatkan lahan gambut yang menghasilkan bahan papan,
seperti meranti, belangiran, bambu, mahang, dan balam, sedangkan bahan sandang
dan pangan seperti padi, jagung, sagu, sayuran, dan kulit kayu. Tak hanya itu, beberapa
jenis tanaman tahunan dan buah-buahan eksotik yang jarang kita temukan banyak
kita temukan di lahan gambut, seperti manga besar (Garcinia sp), srikaya besar
(Anona, sp), dan durian berdaging merah (Durio sp). Banyak petani yang sudah memulai
menanam kelapa, kopi, karet, dan kakao di lahan gambut. Seharusnya pemerintah
melihat dengan jeli bahwa lahan gambut bisa dimanfaatkan seperti lahan
pertanian pada umumnya yang dapat mendukung perekonomian masyarakat sekitar. Hal
ini juga dapat menyukseskan program swasembada pangan yang digalakkan
pemerintah karena kita tahu bahwa pengalih fungsian lahan menjadi bangunan di
Indonesia sudah masuk ke desa-desa. Tentu hal ini akan membawa dampak yang
tidak baik bagi nasip petani-petani yang menggantungkan hidupnya dari sektor
pertanian dan perkebunan.
Saya berpikir bahwa lahan gambut
bisa menjadi salah satu solusi untuk mencegah Indonesia kekurangan pangan dan
terus mengimpor bahan pangan dari luar yang notabene adalah negara kecil. Tapi
pemerintah seakan acuh melihat potensi lahan gambut, mereka lebih memilih untuk
menyerahkannya pada perusahaan-perusahaan kelapa sawit untuk mengelolanya yang
tak jarang malah merusak ekosistem di sekitar dan turut andil dalam bencana
kabut asap di Indonesia. Kemiskinan merupakan cerminan dari kondisi lingkungan
lahan gambut terkait kurangnya fasilitas yang mendukung sumber daya bahan
maupun sumber daya manusia sehingga masyarakat sekitar hanya mendapat ilmu
bercocok tanam secara turun-temurun, dan lambat laun berubah menjadi kearifan lokal
penduduk sekitar.
Selain untuk sector pertanian, lahan
gambut juga dapat dimanfaatkan untuk Peternakan. Hutan rawa gambut dikenal
sebagai tempat hidup berbagai hewan liar. Awalnya, hewan ini dibiarkan hidup
secar bebas dan diburu secara terbatas untuk kebutuhan sehari-hari, contohnya
biawak, burung, ular, babi. Akan tetapi masyarakat mulai menyadari potensi yang
ada sehingga mereka mulai mengembangkannya sebagai sumber ekonomi, misal
masyarakat di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan biasa memelihara sapi
yang hidup di rawa-rawa dengan pakan yang tersedia di hutan. Ada beberapa hewan
yang diternakan di rawa, contohnya :
1. 1. Itik
Alabio
Itik
Alabio merupakn jenis petelur, tetapi dagingnya juga banyak dikonsumsi dan
merupakan makanan khas rawa lebak. Di Kalimantan Selatan, populasi itik albio
cukup besar sekitar 2.5 juta, itik alabio juga merupakan jenis itik petelur
unggulan.
2. 2. Kerbau
Rawa
Kerbau
Rawa sudah lama dikenal sebagai hewan khas di rawa genangan . Di Kalimanatan
Selatan populasinya mencapai 15.000 ekor, Kalimantan Timur 2000 ekor, dan
Sumatera Selatan 1000 ekor. Pemeliharaannya sangat sederhana, hanya dibuatkan
kandang-kalang di atas rawa.
Saya
mengharapkan bahwa potensi-potensi diatas dapat lebih dikembangkan oleh
masyarakat sekitar, tentunya dengan dukungan dari pemerintah. Dengan menjaga
dan melakukan konservasi pada lahan gambut, kita juga turut serta menjaga
keanekaragaman hayati di Inonesia. Selama iniIndonesia dikenal sebagai negara
yang kaya akan plasma nutfah dan beragam flora fauna yang dimiliki. Lantas jika
semua itu musnah, hilang tak terawat, apa yang bisa kita banggakan? Apa kita
bangga dengan puluhan hektar kebun kelapa sawit? Apa kita bangga hutan-hutan
berganti menjadi gedung bertingkat dan perumahan? Saya sebagai generasi muda
tidak ingin melihat Indonesia yang hijau berubah menjadi negeri yang tak ramah
bagi penduduknya, negeri yang tak ramah bagi hewan-hewan. Peraturan hanya
tinggal peraturan jika tanpa tindakan. Kita mulai dari diri kita sendiri,
sadarkan masyarakat Indonesia pentingnya menjaga lahan gambut, salah satunya
dengan gerakan #Pantau Gambut .
Semoga
opini saya ini dapat menggugah hati kita untuk berhenti merusak lahan gambut
hanya untuk keserakahan semu, keserakahan yang hanya merusak bangsa ini. Salam
Pantau Gambut Indonesia !!
Daftar Pustaka
Kanisius,
Petrus. "Manfaat Lahan Gambut Bagi Kehidupan yang Kian Tergadai."
Https://yayasanpalung.wordpress.com/.
Yayasan Palung, 14 July 2017. Web. 21 July 2017.
Kurniawan,
Arief. "Di 2015, Suhu Bumi Meningkat 1,26 Derajat." Http://nationalgeographic.co.id.
N.p., 3 Aug. 2015. Web. 21 July 2017
http://www.wri-indonesia.org/id/our-work/project/pantau-gambut